PSPPR UGM mengundang BPS DIY untuk berdiskusi mengenai penyediaan data, utamanya Indeks Pembangunan Kebudayaan. Hadir dalam acara diskusi tersebut adalah Kepala BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Bapak Sugeng Arianto, M.Si. sebagai narasumber. Diskusi ini dipimpin langsung oleh Kepala PSPPR UGM, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D, dan dihadiri oleh tenaga ahli dan staff PSPPR UGM.
Untuk mendukung pemajuan kebudayaan diperlukan data pendahuluan dan informasi yang memadai agar pemajuan kebudayaan tepat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Mengingatnya pentingnya data dan informasi dalam pembangunan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Badan Pusat Statistik memiliki inisiatif menyusun Indeks Pembangunan Kebudayaan yang diadopsi dari UNESCO Culture for Development Indicators (CDIs).
Indeks Pembangunan Kebudayaan merupakan instrumen untuk mengukur capaian kinerja pembangunan kebudayaan. Dalam hal ini, Indeks Pembangunan Kebudayaan tidak dimaksudkan untuk mengukur nilai budaya suatu daerah, melainkan untuk mengukur kinerja pembangunan kebudayaan. Indeks Pembangunan Kebudayaan diharapkan dapat memberikan gambaran pembangunan kebudayaan secara lebih holistik dengan memuat 7 (tujuh) dimensi, yakni: (1) dimensi ekonomi budaya; (2) dimensi pendidikan; (3) dimensi ketahanan sosial budaya; (4) dimensi warisan budaya; (5) dimensi ekspresi budaya; (6) dimensi budaya literasi; dan (7) dimensi kesetaraan gender. Ketujuh dimensi tersebut menunjukkan bahwa pembangunan kebudayaan memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan bersifat lintas sektor.
Pada kesempatan tersebut, BPS DIY juga menyampaikan pengalaman mengenai proses penyusunan data, mulai dari survei sampai dengan tahap penentuan angka dengan berbagai metode yang diterapkan. Perbedaan data yang kadang muncul dapat terjadi karena faktor human error saat entry data. Hal ini yang masih menjadi perhatian BPS untuk meningkatkan kualitas data. Sementara itu, dari hasil diskusi ini PSPRR UGM mendapat tambahan pengetahuan mengenai ragam data serta pemanfaatannya dalam mendukung kegiatan penelitian.