Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang memiliki daya tarik yang besar bagi wisatawan. Perubahan profil wisatawan selama dua dekade terakhir ini mengakibatkan dibukanya lokasi-lokasi wisata baru yang terletak di kawasan yang memiliki keunikan alami di kawasan Pantai Selatan dan di kawasan perbukitan, dimana sebagian besar lokasinya terletak di kawasan yang memiliki risiko kerusakan lingkungan dan risiko keselamatan yang tinggi, serta cenderung berada di kawasan lindung. Di sinilah kita melihat adanya sebuah paradoks: pengembangan lokasi wisata di kawasan lindung mengandung manfaat yang dirasakan banyak pihak, namun juga memiliki risiko kerusakan dan keselamatan bagi lingkungan. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen yang mampu menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan perlindungan. Berdasarkan latar belakang tersebut, PSPPR UGM menyelenggarakan Seminar Serial dan Workshop dengan tema “Paradoks Pembangunan Pariwisata dan Pengendalian Kawasan Lindung” pada tanggal 16-17 Maret 2022 dan 23 Maret 2022.
Seminar Seri 1 dengan tema “Masa Depan Pariwisata di Provinsi DIY: Potensi dan Masalah yang Dihadapi” yang diselenggarakan pada hari Rabu, 16 Maret 2022 mengundang Ir. Singgih Raharjo, SH., M.Ed. (Kepala Dinas Pariwisata Provinsi DIY); Mohamad Arif Aldian, S.IP.,M.Si. (Dinas Pariwisata Kab. Gunungkidul); dan Prof. Dr. M. Baiquni, MA. (Guru Besar Fakultas Geografi UGM/Anggota Dewan Kepariwisataan Berkelanjutan Indonesia) sebagai pembicara. Dalam seminar yang dipandu oleh Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D. (Kepala PSPPR UGM) ini juga menghadirkan Sugeng Handoko Purba (Pokdarwis dari Kab. Gunungkidul); Yana Karyana (Pengusaha Destinasi Wisata); Drs. Irawan Jatmiko, M.Si. (DPMPT Kab. Gunungkidul); dan Dr. Suharman, M.Si. (Pakar Sosiolog UGM) sebagai pembahas. Seminar ini dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) melalui zoom meeting dan disiarkan secara langsung di kanal YouTube PSPPR UGM. Seminar ini dihadiri oleh 333 peserta, yang berasal dari kalangan akademisi; Kementerian/Lembaga; Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota; pelaku wisata; mahasiswa; dan masyarakat umum.
Pariwisata DIY memiliki lima Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) sebagai penyangga destinasi super prioritas Borobudur, yakni KSPN Kars Gunung Sewu, KSPN Merapi Merbabu Menoreh, KSPN Yogyakarta, KSPN Prambanan, KSPN Pantai Selatan. Selain itu, DIY juga sudah menetapkan tujuh destinasi prioritas di lingkup DIY yakni Kraton – Malioboro, Prambanan – Ratu Boko, Lereng Merapi, Karst Gunung Sewu, Parangtritis – Depok – Kuwaru, Pegunungan Menoreh, dan Kasongan – Tembi – Wukirsari. Dalam paparannya, Singgih Raharjo mengungkapkan beragamnya detinasi pariwisata di DIY saat ini memunculkan beberapa isu dan tantangan, antara lain eksploitasi alam, perizinan, dan kearifan lokal. Pengembangan kawasan wisata seharusnya didukung oleh pengukuran daya dukung dan daya tampung lingkungan agar kelestarian lingkungannya tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan kebijakan pengembangan pariwisata DIY yang berlandaskan “rahayuning bawono kapurbo waskitaning manusia” yakni budaya, manusia, dan lingkungan. Selanjutnya, DIY juga sedang giat mengembangkan Pariwisata Berbasis Komunitas melalui desa wisata maupun desa mandiri budaya. Arif Aldian dari Dinas Pariwisata Gunung Kidul menambahkan bahwa Pariwisata Berbasis Komunitas sangat berpotensi diterapkan di Kabupaten Gunung Kidul karena beberapa alasan, yaitu partisipasi masyarakat lokal yang mau terlibat, memiliki potensi SDA yang tinggi, dan terjalin aktivitas wisata yang berkelanjutan. Sementara itu, Sugeng Handoko dan Yana Aryana sebagai pelaku pariwisata mengungkapkan bahwa untuk menjadi destinasi wisata terbaik diperlukan pengelolaan yang baik, serta didukung oleh kepastian aturan, infrastruktur yang memadai, dan rencana pengembangan yang komprehensif. Baiquni menambahkan bahwa diperlukan standar mutu kualitas layanan wisata serta kolaborasi setiap stakeholders agar pariwisata yang dikembangkan di DIY bermartabat, berdaulat, berkualitas dan berkelanjutan.
Sebagai kesimpulan dalam seminar hari pertama ini adalah pariwisata dapat menjadi sektor unggulan di masa depan bagi perekonomian DIY. Selain itu, kompleksitas isu yang harus ditangani perlu lebih serius untuk membentuk satu sistem manajemen pengembangan pariwisata yang komprehensif dan melibatkan semua stakeholder yang relevan.